Pages

Kamis, 11 Februari 2016

PENTINGNYA MEMAKMURKAN MASJID ALLAH

Nabi SAW sudah memberikan kita warning, peringatan, kepada kita dalam mahfum hadits dikatakan nanti di akhir zaman jika kita tidak buat dakwah, maka akan terjadi :
  1. Tidak tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja. Hari ini di KTP orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi SAW
  2. Tidak tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja. Hari ini berapa banyak mesjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi Al Qur’an tetapi kosong dari amal agama mesjidnya.
  3. Tidak tertinggal dari mesjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah saja. Hari ini orang berlomba-lomba membangun mesjid tetapi tidak memikirkan bagaimana memakmurkannya, sehingga mesjidnya kosong dari jemaah.
Hari ini mesjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari amal agama. Di Kordova, Spanyol, Mesjid Kordova pernah menjadi pusat perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi pusat pariwisata, bahkan didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah
sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan orang tidak ada lagi yang peduli dengan mesjid. Di Indonesia saja ada ± 300.000 mesjid, dan di jakarta berapa banyak mejid mewah dan megah. Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai sholat berjamaah. Dan berapa banyak yang sudah makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ? Hari ini orang ke mesjid bukan bertambah keimanannya, tetapi malah makin rusak seperti dipakai untuk berbisnis, membicarakan aib orang lain, dipakai sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain.  Hari ini di Mesjid bukan terlihat suasana akherat tetapi  malah suasana maksiat kepada Allah seperti wanita yang memakai pakaian yang terlihat auratnya. 

Padahal di jaman Nabi, ketika orang kafir masuk mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa menjadi orang beriman. Di zaman Nabi SAW setiap ada masalah bisa langsung ke mesjid, lalu pulang-pulang masalah bisa terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke mesjid malah dipakai foto-foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid bukannya hilang masalah malah tambah masalah, seperti ditagih sumbanganlah, musti berpihak pada siapalah dan lain-lain. Mengapa hari ini kita lihat orang ke mesjid buat melaksanakan ibadah tetapi ketika keluar dari mesjid masih terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa. Padahal Mesjid ini Allah perintahkan dibangun atas dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi mengapa ketaqwaan kita tidak bertambah ketika kita masuk ke mesjid. Ini dikarenakan mesjid tersebut tidak mempunyai ruh. Apa itu ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang dibentuk oleh Nabi SAW dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid. Apa itu Amal Mesjid Nabawi yaitu Dakwah, Taklim, Dzikir Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir masuk ke mesjid nabawi keluar-keluar sudah masuk Islam. Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi SAW itu sendiri adalah Ketua Mesjid pertama, Awallun Takmir Mesjid, yang kerjanya memikirkan bagaimana Mesjid Nabawi ini dan mesjid-mesjid kecil disekitar Madinah bisa makmur dengan jemaah dan amal-amal agama. 

Caranya adalah dengan mengirimkan rombongan Dakwah dan menerima rombongan orang-orang yang mau belajar agama. Inilah fikir Nabi SAW, bahkan ketika hijrah ke madinah yang Nabi SAW fikirkan pertama kali bukannya tempat tinggal untuk dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar Madinah ini ada mesjid-mesjid kecil dimana Nabi SAW mengirim rombongan dakwah ke mesjid-mesjid itu dan menerima rombongan atau perorangan dari mesjid-mesjid itu buat belajar agama kepada beliau SAW.
Madinah sebelum Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di Madinah ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian, pelacuran, bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab dihidupkannya Dakwah dari Mesjid Madinah oleh Nabi SAW, ini seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Jadi bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita hadirkan amalan nuraniat, atau amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti hilang. Sehingga lambat laun rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang kemaksiatan ketika itu perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi SAW dan para Sahabat RA. Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang Allah muliakan dan kotanya diberi gelar Al Munawaroh yaitu tempat terpancarnya Cahaya atau Hidayah. Begitu juga kalau kita sering ke mesjid, maka sepulangnya kita dari mesjid, kita akan menjadi sarana untuk menghantarkan nur rahmat dan hidayah Allah kepada rumah-rumah kita. Mesjid ini adalah pusat turunnya rahmat dan nur hidayah Allah. Jadi Mesjid ini adalah generatornya Nur Hidayah dan kita adalah kendaraannya untuk menyebar Nur Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka matilah sarana penyebar rahmat dan hidayah. Bagaimana caranya kita bisa memakmurkan atau menghidupkan mesjid ? yaitu dengan menghidupkan amalan-amalan mesjid Nabi SAW.

Apa itu Amal Mesjid Nabawi :  
Dakwah Illallah yaitu Mengajak manusia taat kepada Allah  
Taklim wa Taklum yaitu Belajar dan Mengajar  
Dzikir Ibadah yaitu Dzikir, Baca Qur’an, Sholat berjamaah, Do’a, Sholat Sunnat, Adab-adab  Khidmat yaitu Melayani Mesjid dan Memenuhi Hajat Orang
Mesjid ini adalah jantung dari suatu kota atau desa atau daerah. Jika mesjidnya baik dalam artian hidup amal-amal agama seperti amal mesjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi jika mesjidnya mati, gersang dari jemaah dan amal-amal agama, berarti matilah daerah itu, maksudnya daerah itu bisa di asumsikan terdapat banyak masalah. Mesjid yang hidup dengan amal agama dan ramai jemaahnya, maka daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami, ukhwah yang baik, rukun, tentram, dan damai. Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh jemaah mesjid itu melalui musyawarah, sillaturahmi, dan gotong royong. Tetapi daerah yang mesjidnya mati dari amal agama dan sepi dari jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak masalah seperti permusuhan antar tetangga, ketidak pedulian sosial, dan kejahatan akan berkembang dari premanisme, perjudian, permabukan, sampai perzinaan akan tersebar di daerah itu. Dan ini adalah suatu kenyataan yang terjadi dibanyak daerah. Jika yang haq tidak ditegakkan dan disebar, maka yang bathil akan masuk dan tersebar. Jika tidak ada dakwah atas yang haq maka dakwah yang bathil akan masuk. Apa itu dakwah yang bathil yaitu ajakan untuk berjudi, membeli minuman keras, dan lain-lain, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.
Penting saat ini kita fikirkan bagaimana mesjid-mesjid yang ada ini dapat makmur dengan amal agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan mesjid-mesjid Allah bukan hanya satu tetapi setiap orang memakmurkan banyak mesjid. “Innama ya’muru masajidallahu man amanna billahi wal yaumil akhir…” ( 9:17 ). Dari mesjid ini kebaikan akan tersebar. Hidupkan dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal kita. 

“Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar ( qoulan sadida ), niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu…”( 33 : 70-71 ). Apa itu perkataan yang benar atau Qoulan Sadida yang bisa memperbaiki amal-amal ibadah kita dan menjadi asbab ampunan terhadap dosa kita ? Allah berfirman “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak untuk taat kepada Allah ( dakwah à waman Ahsanu Qoulan mimman da’a Illallah )” ( 41 : 33 ).
Jadi kita ajak orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah ini adalah dunia atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada golongannya, ini malah akan memecah belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada golongannya masing-masing. Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan menyalahkan yang lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah maka pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah. 

Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah SAW dan sahabatnya saja, itulah yang seharusnya jadi acuan kita, bukan alirannya. Kalau ditanya siapa yang paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi SAW dan sahabat RA, cukup itu saja. Kita ikuti saja Nabi SAW dan para Sahabat RA, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya, atau pendapat saya yang bener, tetapi yang bener itu hanya Nabi SAW dan para sahabatnya. Jadi bagaimana semua aliran yang ada sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab dakwah ini. Jangan sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar umat dan terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian. Tetapi jadikan perbedaan ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk dipelajari.
Pernah dalam suatu riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka dari Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama. Ketika sholat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid memimpin sholat subuh berjamaah sebagai Imam. Ketika itu KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari Muhammadiyah yang menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid adalah dari NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi Imam Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang memakai Qunut ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh tidak seperti biasanya ala muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan Qunut. 

Inilah toleransi dan akhlaq yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi perbedaan. Bukannya kita malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan keyakinan, “saya yang paling benar”. Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi SAW dan para sahabatnya RA. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka mereka saudara kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan paling benar karena ini sifatnya setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita akan siap menerima perbedaan. Inilah maksud dari hadits Nabi SAW bahwa perbedaan diantara umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan Laknat adalah jika perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.
Jadi kerja dakwah ini adalah kerja untuk seluruh umat islam. Inilah tanggung jawab umat Muhammad SAW sebagai penerus risalat kenabian. Atas perkara ini perlu kita keluar di jalan Allah untuk bisa melatih diri kita menghidupkan Amal Mesjid Nabawi dari latihan 3 hari, 40 hari sampai, 4 bulan, tergantung kesiapannya. Inilah salah satu tujuan kita keluar di jalan Allah bagaimana mesjid-mesjid yang didatangi oleh rombongan khuruj fissabillillah dapat hidup amal-amal mesjid Nabawi.
Wallahu'alam bishowab. 

Sumber

MASJID SEBAGAI BASIS GERAKAN DAKWAH

 
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
 
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk“(At Taubah 18).

Masjid sekarang, tidak ubahnya seperti stanplat bus. Jika orang ke stanplat bus, dia akan menganggap selesai kalau tujuannya telah selesai. Kita, misaInya, masuk masjid Sholat, duduk sebentar, lalu pulang; tanpa pernah berbicara apalagi mengenal dengan orang yang duduk di samping kita.

Belum fungsionalkah masjid? dalam hal membina umat, masjid memang belum begitu berperan. Umat kita sekarang adalah umat mengapung. Artinya, tidak mempunyai basis paling bawah. Memang, sebagai organisasi masjid kelihatannya mantap. Di sana, misaInya, ada Takmir Masjid. Tetapi nyatanya belum mulus. Kadang kadang, pengurusnya ada, anggotanya tidak ada. Itu mungkin karena tiadanya keinginan untuk berpartisipasi. Kita bisa shalat jum'at dimana saja. Selama ini, hal itu tampaknya tidak menjadi persoalan. Namun untuk kepentingan wilayah, hal itu sebenarnya kurang menguntungkan. Padahal, masjid sangat mungkin sekali melakukan pembinaan terhadap Jama'ah di wilayahnya. Tetapi, itulah yang justru belum kita kerjakan.
Sebuah hal yang tidak bisa dipungkiri, bahwa hal pertama yang dilakukan oleh Muhammad SAW sesampai di Madinah adalah membangun masjid. Hal lainnya yang juga beliau lakukan sesudah itu ialah mempersaudarakan kaum muslimin, terutama antara Muhajirin dan Anshar, serta membuat kesepakatan konstitusional bersama segenap elemen masyarakat yang ada di Madinah. Betapa pentingnya arti sebuah masjid, Nabi SAW juga menyempatkan diri membangun masjid di Quba’ meskipun beliau hanya tinggal di situ selama empat hari saja.
Sesungguhnya masjid merupakan tempat yang paling penting dalam membangun sebuah masyarakat Islami. Ini tidak lain karena masyarakat Muslim hanya akan terbentuk dengan cara memegang teguh nilai Islam, yang kesemuanya itu tidak lain bersumber dari masjid. Diantara nilai itu ialah:
  1. Memperkuat tali ukhuwah dan cinta diantara kaum muslimin.
  2. Menebarkan semangat persamaan dan keadilan diantara kaum muslimin, meskipun latar belakang dan kondisi mereka berbeda-beda.
  3. Segenap kaum muslimin mau bersatu untuk memegang erat hukum dan syariat Islam, yang kesemuanya sangat efektif dan efisien jika diajarkan didalam masjid.
Ada beberapa hal lain yang mesti dicatat atas peran masjid sebagai basis dakwah.
  1. Masjid merupakan markas proyek pembentukan tata sosial baru yang bersifat relijius.
  2. Masjid merupakan rumah bagi gerakan ekspansi dakwah dan rekayasa sosial politik dalam rangka dakwah Islam.
  3. Masjid merupakan tempat yang terbuka bagi setiap muslim.
  4. Masjid merupakan tempat yang sangat nyaman (suasana ta’abbudiyah yang kental) sekaligus aman untuk dakwah.
  5. Masjid senantiasa menambatkan hati seorang muslim pada akhirat.
  6. Masjid merupakan tempat yang sangat efektif untuk konsolidasi kekuatan ruhiyah.
  7. Masjid merupakan perpaduan antara shilah billah dan shilah binnaas.
  8. Masjid merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk penerangan terhadap masyarakat muslim.
  9. Masjid dalam pemanfaatannya harus merepresentasikan keutuhan (syumuliyah) ajaran Islam.
Dalam pengakulisasian ajaran Islam, masjid merupakan salah satu tempat yang sangat strategis sebagai pusat gerakan dakwah Muhammadiyah. Sebagai pusat gerakan dakwah, masjid dapat difungsionalisasikan sebagai pusat pembinaan akidah umat, pusat informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai pusat gerakan dakwah Muhammadiyah. Hendaknya para Muballigh Muhammadiyah mengkonsolidasikan kekuatan umat di masjid. Caranya para pengurus Masjid memulai membangun tradisi khusus sholat subuh berjamaah yang disusul dengan kuliah tafsir, aqidah, fiqih singkat sekitar 15 menit dan tanya jawab hingga total 30 menit, lalu dilanjutkan dengan pertemuan ukhuwah untuk membahas berbagai masalah yang sedang dihadapi jamaah Masjid untuk dibantu diselesaikan secara riil, seperti masalah ekonomi atau yang lain, atau mengunjungi jamaah yang tidak hadir sholat subuh yang sedang sakit. Ini semata-mata melaksanakan hadits Rasul: 
من أصبح وهمه الدنيا فليس من الله في شيء ومن لم يهتم بالمسلمين فليس منهم
 
“Siapa saja yang bangun pagi-pagi dan perhatiannya hanya dunia maka dia tidak mendapatkan ridlo dari Allah, dan siapa saja yang tidak memperhatikan kaum muslimin maka dia tidak termasuk golongan kaum muslimin”(Mu’jam al al Ausath Juz 1/151).  
 
Konsolidasi umat dengan basis masjid ini sangat penting. Sebab umat islam memang diperintahkan hidup berjamaah dengan ikatan tali agama Allah dan dilarang umat Islam hidup bercerai-berai apalagi nafsi-nafsi alias individualistik seperti orang kafir Barat. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,…" (QS. Ali Imran 103).

Dan dengan basis memakmurkan masjid dengan menegakkan sholat berjamaah lima waktu, dzikir, baca Al Quran, ta’lim hukum-hukum syariah melalui kuliah tafsir, syarah hadits, dan fiqh yang menjadikan pemahaman umat akan agama Allah semakin kuat maka ikatan mereka dengan tali agama Allah semakin erat. Dengan intensitas dan frekwensi kegiatan umat di masjid akan terwujud suasana ukhuwah Islamiyah yang kuat. Praktek hidup berjamaah kaum muslimin dengan basis masjid ini akan mewujudkan kehidupan Islam semakin nyata. Dan kehidupan Islam secara berjamaah ini adalah kehidupan asasi umat Islam dan sangat urgen bagi tiap individu muslim.
Kekuatan umat di basis masjid harus selalu dipelihara dengan konsolidasi pemikiran, perasaan, dan gerak berjamaah dengan kesatuan gerak dasar, yakni : 

  1. Perkuat aqidah dengan penanaman cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasul melalui pendekatan qira’atul Quran dan Kajian Sirah/Hadits; 
  2. Memakmurkan Masjid dengan sholat berjamaah lima waktu, khususnya sholat Subuh yang dilanjutkan dengan kajian dan bahas masalah riil ummat; 
  3. Membiasakan dan menggemarkan bayar shodaqoh dan infak perjuangan  untuk membiayai gerakan dakwah. Shodaqoh yang dibayarkan dikumpulkan di masjid sebagai dana ukhuwah Islamiyah untuk menyelesaikan problem jamaah serta membiayai kegiatan gerakan dakwah di tingkat masjid. Dengan demikian basis kekuatan umat akan terbentuk secara nyata.  
Oleh karena itu harus ada kesadaran bersama di dalam membangun masjid dan membangun kehidupan berjamaah di masjid atau dalam memakmurkan masjid, bahwa semua itu didasarkan semata-mata karena ketaqwaan kepada Allah SWT, melaksanakan perintah dan syariat Allah, meneladani Rasulullah saw;  bukan untuk kepentingan yang lain, apalagi untuk kepentingan-kepentingan yang justru membonsai umat Islam dan agama Islam itu sendiri.
Sebagai pusat pembinaan akidah, masjid dapat difungsikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan majelis taklim, baik kaum bapak, remaja, dan ibu-ibu. Bahkan masjid dapat pula dijadikan tempat belajar bagi anak-anak dengan menggelar atau membuka taman pendidikan Al Qur’an (TPA). Masjid Muhammadiyah, seharusnya telah memfungsikan diri sebagai tempat pengembangan dakwah Muhammadiyah. Sebagai pusat informasi dan pengembangan ilmu, masjid dapat membuka taman bacaan atau perpustakaan yang dilengkapi dengan fasilitas internet.  Saat ini belum begitu banyak masjid yang melengkapi sarana pengembangan ilmu seperti itu. Sebagai pusat gerakan dakwah bil hal, masjid Muhammadiyah seharusnya dapat difungsikan sebagai tempat pelaksanaan  peningkatan ekonomi umat dengan didirikan Baitul Mal wa Tanwil (BMT), koperasi, penyewaan ruangan untuk resepsi dan sebagainya.
Fungsi masjid di zaman Rasulullah Saw adalah sebagai pusat ibadah untuk melakukan kegiatan pembinaan dan peningkatan kualitas umat; sebagai tempat melakukan  belajar mengajar, tempat silaturahmi, komunikasi dan interaksi,  mengurus baitul mal, menerima tamu, menyelesaikan perselisihan umat, menyusun  taktik dan strategi perang dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya serta  sebagai tempat ibadah seperti,  shalat, dzikir dan beriktikaf.
Dengan demikian, masjid di zaman Rasulullah saw, para sahabat dan generasi berikutnya, memiliki fungsi yang pada intinya perpaduan kegiatan ibadah (khusus) kepada Allah SWT dengan kegiatan muamalah, dan perpaduan kegiatan hablum-minallah deng hablun minan-nas. Sebagai salah pilar pengaktualisian ajaran Islam, masjid Muhammadiyah diharapkan dapat mengoptimalkan perannya.
 
Dalam hal ini, menarik untuk melihat kaitan antara belum berfungsinya masjid sebagaimana mestinya dengan Persyarikatan Muhammadiyah. Diakui atau tidak, Muhammadiyah punya kekuatan menarik orang untuk berkumpul, walaupun itu dalam tataran perorangan. Selain itu Muhammadiyah harus berfungsi sebagai pembina wilayah. Membina wilayah atau jama'ah, dengan prinsip partisipasi, mempunyai komitmen membina umat dalam segala hal di wilayahnya. Islam yang sekarang ini, masih diorganisir oleh nilai-nillai "abstrak". Belum kongkrit. Solidaritas umat masih berkisar pada solidaritas polity (bukan politik ed). Artinya, kita merupakan kesatuan sosial yang mungkin saja utuh, tetapi tidak mempunyai tujuan yang jelas. Jadi, solidaritas memang ada, hanya belum mengakar. la hanya bisa digunakan secara insidental, misalnya dalam Pemilihan Umum, atau dukungan lainnya yang bersifat temporal. Sudah saatnya kita beralih kepada bentuk solidaritas yang lebih mengakar.
Dan solidaritas yang dimaksudkan adalah solidaritas sosial dan solidaritas ekonomis ditingkat bawah. Artinya, umat tidak hanya disatukan oleh ibadah yang sifatnya bersama, tetapi juga disatukan oleh nasib sosial dan nasib ekonomi yang sama. Tentang nasib sosial, misaInya begini: Sekarang ini kecenderungan pembangunan di masyarakat dibagi bagi menjadi kelas kelas kaya, miskin, negeri, swasta, buruh, majikan, dan lain sebagainya. Itu berarti, masing masing orang ditarik kelasnya. Tetapi kalau ada solidaritas sosial, pembagian ke kelas itu tidak akan ada. Umat itu satu. Dalam hal ini, di tingkat yang paling bawah adalah jama'ah masjid. Sedangkan nasib ekonomis misalnya, kita saling membantu. Sebagai contoh, ada lingkungan masjid yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Itu disantuni oleh jama'ah. Mungkin santunannya tidak berupa uang, tetapi bisa dengan mencarikan pekerjaan untuk orang tuanya. Atau kalau ada yang sakit, kita yang mencarikan obatnya, atau dibantu secara bergotong royong. Bentuk semacam itu yang amat kongkrit. Solidaritas sosial itu, nanti, juga akan mampu membendung polarisasi sosial baik di kota maupun di desa yang kelak bisa saja menjadi "konflik kelas". Sedangkan sofidaritas ekonomis, akan mampu secara mendadak sekalipun, menyantuni anggota jama'ah. Dan dalam jangka panjang, bisa mendidik orang untuk berdiri sendiri.
Apakah dengan demikian masjid diharapkan mampu tampil sebagai pusat perubahan sosial? Agaknya begitu. Artinya, masjid mengubah masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian sosial ekonornis di tingkat bawah. Dan itu amat mungkin terjadi. Di desa, misaInya, tentu ada ulama, pedagang, petani, dan lain sebagainya. Dalam pengelolaan zakat, mereka sudah merupakan sumber dana yang jelas. Belum lagi dari hasil pertanian, infaq, dan lain sebagaianya yang kesemuanya bisa dimanfaatkan. Di kota, barangkali agak lebih susah. Tetapi di kota, selalu ada orang yang berada, dan sebaliknya. Jadi, andaikata masjid bisa meningkatkan citranya bahwa dia betul betul bisa dipercaya, orang tidak akan segan mengeluarkan sebagaian penghasilannya, mungkin tidak seperlima, malah lebih.
Kesulitannya, memang, selama ini masjid sekedar dianggap sebagai tempat ibadah formal. Tetapi untuk menjadikannya sebagai pusat gerakan, sesungguhnya tidak terialu sulit, cukup dengan sedikit workshop. Pengurus masjid itu harus bisa apa saja, bagaimana melaksanakan survey mengenai: jumlah penduduk, penghasilan, pekerjaan, dan lain sebagainya, secara sederhana dalam suatu masyarakat. Data data itu memang sebetulnya harus dikuasai. Sebab, kalau kita memiliki data lengkap tentang jamaah masjid, kita akan lebih mudah mengelompokkannya. Yang sangat jelas, itu akan membantu sekali dalam menganalisis sumber sumber tenaga, dan pikiran yang potensial. Masjid Muhammadiyah, dengan tujuan pembinaan wilayah, orientasinya memang lebih mikro, dan lebih mementingkan partisipasi seluruh anggotanya di tingkat bawah. Jadi memantapkan umat, maksudnya adalah umat yang tinggal di wilayah tertentu.Tentu saja pendekatan ini memang mikro, oleh sebab itu harus disertai dengan gerakan penunjang yang bersifat makro. Mungkin struktural, mungkin konstitusional atau apa pun namanya di tingkat atas. Sementara itu, masjid tetap gerakan di bawah. Dan itu menguntungkan. Karena masjid bukan organisasi massa. Jadi, tidak terkena aturan yang bermacam macam. 
Agar Masjid Muhammadiyah bisa berperan sebagai Pusat Gerakan Dakwah, maka masjid harus mampu mengoptimalkan pengelolaannya sebagai sarana pembinaan ke-Islaman dan aktivitas keumatan yang sensitif terhadap masalah serta dinamika kehidupan masyarakat Program ini dibreakdown dalam 5 kegiatan sebagai berikut:
1.         Memimpinkan Pelaksanaan  Panduan Pengelolaan Masjid dan Mushalla Muhammadiyah
2.         Menyelenggarakan TOT Pelatihan Ta’mir Masjid dan Mushalla Muhammadiyah
3.         Membangun Jaringan Masjid & Mushalla yang sejalan dengan Muhammadiyah
4.         Membentuk dan Membina Jama’ah di setiap Masjid/Mushalla Muhammadiyah (GJDJ)
5.         Memimpinkan Pelaksanaan Sistem Pembinaan Anggota dan Simpatisan Muhammadiyah
Strategi yang bisa dilakukan adalah dengan menformulasikan pesan dakwah dalam bahasa yang mudah dipahami, membina pengajian dan mengembangkan media dakwah yang efektif.

Rabu, 04 Maret 2015

Jangan Minta Dalil untuk Berbuat Kebaikan

Untuk berbuat kebaikan, jangan minta dalil, kemudian akhirnya tidak berbuat kebaikan hanya karena "tidak ada dalilnya".
Dari 1 juta kebaikan yang dilakukan Nabi, belum tentu 1000 yang terekam oleh para sahabat di dalam hadits.
Cukuplah firman Allah ini:
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. Al Baqarah 110

Baca selengkapnya »

Rabu, 14 Januari 2015

Agar Amal Tidak Sia-sia...


Ini adalah hadits yang menghebohkan. Karena menjelaskan hadits ini, KH Quraisy Shihab dicaci kaum Wahabi sbg sesat karena menyatakan Nabi tidak dijamin masuk surga karena AMALNYA. Padahal Nabi Muhammad SAW pasti masuk surga tapi karena RAHMAT ALLAH. Bukan karena AMALNYA (ini menurut hadits di bawah):

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidak ada seseorang yang dimasukkan ke surga oleh amalnya.” Lalu ada yang bertanya: “Tidak pula engkau wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak pula saya, kecuali Tuhanku melimpahkan rahmat-Nya kepadaku.” (HR. al-Bukhari [5673, 6463] dan Muslim [2816]).

Jika kita kaji lebih jauh, ternyata benar. Amal saja tidak cukup. Jika yang beramal saja bisa tidak masuk surga, apalagi yang tidak beramal. Coba kita kaji ayat2 Al Qur'an dan Hadits lainnya agar jelas. Jangan tergesa2 berhenti di sini.
Baca selengkapnya »

Rabu, 17 Desember 2014

Jangan Merasa Paling Benar atau Paling Suci

Jangan Merasa Paling Benar atau Paling Suci. Allah melarang kita begitu:

“…Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [An Najm 32] 

Mengapa Iblis yang dulu begitu mulia dan rajin bertasbih dan beribadah kepada Allah di surga dengan para malaikat akhirnya diusir Allah dari surga dan dikutuk selama-lamanya? Karena Iblis itu sombong:

“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?.”Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” [Shaad 75-78]
Baca selengkapnya »

Selasa, 16 Desember 2014

Sunat Bagi Perempuan itu Sunnah


Ceramah agama Islam oleh KH Ismail bin Abdulghoni saat khitanan keponakan. Di antaranya sunat itu wajib bagi kaum pria. Ini agar bersih sehingga kotoran tidak menumpuk di kulfa/kulub.
Ada pun khitanan untuk wanita, 99% ulama berpendapat sunnah. Ini pendapat yang kuat. Khitan untuk wanita ini sebetulnya sekedar ditoreh saja hingga luka. Jadi tidak begitu sakit bagi bayi yang tali pusarnya baru saja dipotong.

Khitan bagi wanita ini membuat wanita jadi sensitif. Mudah dipuaskan. Ada pun jika tidak disunat, maka tidak sensitif. Sehingga wanita tsb jadi "buas" seperti wanita2 di Barat yang tidak merasa cukup dengan hanya 1-2 pria. 

Baca selengkapnya »

Senin, 24 November 2014

Tidak Usah Mengurusi Orang Lain?

Tidak usah mengurusi orang lain. Urus saja dirimu sendiri?
Negara ini ibarat kapal laut yang berlayar di tengah lautan. Ada 1000 orang penumpang. Andai ada 1 orang saja yang membolongi kapal dengan bornya, apakah yang 999 orang lainnya harus diam saja dan mengurusi diri sendiri? Jika kapal tenggelam, semua penumpang ikut tenggelam. Bukan cuma orang yang membolongi kapal saja.

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dengan kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.” [Al ‘Ashr 2-3]
Baca selengkapnya »